Ayo Tidur Satu Jam Lagi
Untuk memiliki berat tubuh ideal, kulit cantik, berpikir aktif, emosi terkendali, dan produktif, pola makan sehat dan olahraga teratur saja tak cukup. Waktu tidur yang cukup juga penting
Jam masih
menunjukkan pukul 07.00, Senin (21/10/2019). Kereta komuter dari Serpong menuju
Tanah Abang, Jakarta Pusat padat penumpang. Namun, itu tak menghalangi sebagian
penumpang tidur memejamkan mata walau harus bergelantungan pada pegangan tangan
atau bersender di pintu kereta. Suasana serupa mudah ditemukan diberbagai moda
transportasi di Jakarta pada pagi hari. Perjalanan rumah dan tempat kerja yang
memakan banyak waktu dimanfaatkan komuter tidur sejenak, menuntaskan kantuk
akibat tak cukup tidur malam.
Orang dewasa,
berumur 18-64 tahun, seharusnya tidur 7-9 jam per malam. Namun, awaktu tidur
rata-rata orang Indonesia kurang dari itu. “Waktu tidur orang Indonesia
rata-rata 6,95 jam,” kata Andreas Prasadja, dokter ahli tidur dari Klinik
Mendengkur dan Gangguan Tidur, Pondok Indah, Jakarta, Jumat (25/10) mengutip
sebuah survei. Survei AIA terhadap 5,000 responden di China, Hongkong,
Thailand, Malaysia, dan Singapura pada Mei-Juli 2019 menunjukkan, 69 persen
responden tak puas durasi tidur mereka, 55 persen responden tidur malam kurang
dari 6 jam per hari, dan 62 persen responden khawatir kesehatan mereka dan
ingin tidur lebih lama.
Meski tidak
masuk dalam survei tersebut, Andreas yakin pola tidur masyarakat Indonesia sama
dengan bangsa-bangsa Asia lainnya. Bagi masyarakat Asia, banyak tidur dianggap
tidak prosuktif. Kurang tidur dianggap gagah. “Masyarakat modern Asia menganggap
tidur sebagai penyakit yang harus diobati,” katanya. Pandangan itu membuat
sebagian orang sengaja membatasi jam tidur malamnya. Akibatnya, mereka justru
mengalami behaviorally-induced
insufficient sleep syndrome (ISS) hingga menyebabkan menguap atau mengantuk
berlebihan saat jam kerja atau jam kerja.
Mereka yang
banyak menguap pada siang hari juga sering dicap pemalas. Padahal, itu bisa
jadi tanda masalah terkait tidur. Selain ISS, kondisi itu juga bisa dipicu hipersomnia (mengantuk berlebihan atau mudah
tidur saat siang dan banyak tidur malam) atau insomnia (sulit tidur malam). Semua gangguan itu membuat penderita
sulit berkonsentrasi pada siang hari, daya ingat buruk, kreativitas terhambat,
kemampuan kerja sama atau berinteraksi dengan orang lain jadi buruk hingga akhirnya
menurun produktivitasnya. “Kualitas manusia Indonesia memprihatinkan karena
mengantuk,” kata Andreas.
Kerugian ekonomi
Ahli tidur dari
Pusat Neurosains Kognitif, Sekolah Pascasarjana Kedokteran Duke Universitas
Nasional Singapura, Michael WL Chee, saat peluncuran inisiatif AIA#OneMore Hour
di Singapura, Senin (16/9), menyebut, kurang tidur mengurangi potensi
pendapatan domestik bruto sejumlah negara maju anggota Organisasi untuk Kerja
Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) hingga 2-3 persen. “Nilai kerugian di Asia
diperkirakan lebih besar lagi,” katanya. Masyarakat Asia rata-rata tidur lebih
sedikit, 5-7 jam semalam dibandingkan masyarakat Barat yang umumnya tidur lebih
dari 7 jam.
Prediksi itu
muncul karena fungsi kesehatan tidur belum terbangun dalam budaya Asia. Situasi
itu mengkhawatirkan mengingat Asia saat ini jadi pusat pertumbuhan ekonomi
dunia. Meningkatnya kesejahteraan warga belum disertai membaiknya kesehatan
masyarakat karena kurang tidur. Chee mengatakan, kurang tidur tidak hanya
menurunkan kemampuan kognitif otak, tetapi juga meningkatkan resiko penyakit
degeneratif, mulai dari diabetes melitus, serangan jantung, hingga meningkatkan
resiko kecelakaan lalu lintas. Tak hanya itu, kata Andreas tidur yang cukup
penting untuk menjaga tubuh agar punya berat ideal dan mencegah obesitas serta
menjaga kulit sehat dan cerah. “Tidur yang berkualitas mempengaruhi kemampuan
ereksi pria,” katanya.
Tak bisa dicegah
Mengantuk berlebihan
pada siang hari adalah gejala kurang tidur. Kondisi itu hanya bisa diatasi
dengan tidur, tidak bisa dilawan dengan meminum kopi atau minuma energi. “Kafein
dalam kopi hanya menunda kantuk, tidak bisa mengembalikan kemampuan otak,” ujar
Andreas. Tidur siang 20-30 menit bagus untuk mengembalikan kemampuan otak.
Namun, tidur siang tidak boleh terlalu lama karena siklus tidur lengkap dalam
tidur siang akan tercapai dalam 20 menit. Sebaliknya siklus lengkap tidur malam
baru tercapai 1,5-2 jam sejak mulai tidur. Tidur siang tidak disarankan lebih
dari 30 menit karena akan membuat pusing dan tubuh tak segar.
Tidur siang
berlebih juga akan menyulitkan untuk memulai tidur malam. Padahal, tidur malam
yang berkualitas dengan waktu cukup harus dilakukan karena memiliki banyak
manfaat kesehatan. Manfaat itu, sebagian besar tidak didapat melalui tidur
siang. Saat tidur malam, tubuh mengeluarkan sejumlah hormon yang mempengaruhi
metabolisme tubuh, membentuk sel-sel baru, menopang pemulihan fungsi otot dan
kemampuan gerak halus serta megembalikan semua fungsi otak. Proses itu hanya
terjadi malam karena menyesuaikan dengan irama sirkadian tubuh yang merupakan
buah dari proses evolusi manusia.
Karena itu, jika
ingin tidur malam yang cukup dan bangun pukul 04.00-05.00, seseorang harus
mulai tidur sekitar pukul 21.00. Agar bisa cepat tidur, tubu harus dikondisikan
rileks sejak mulai malam. Penggunaan lampu warna kuning bisa mempercepat
munculnya rasa kantuk karna warna itu lebih hangat dibandingkan cahaya putih
yang justru membuat manusia terus waspada. Pembatasan penggunaan gawai harus
dilakukan karena cahaya gawai membuat mata terjaga. Untuk menjaga kualitas
tidur, disarankan tidur dala kondisi gelap. Situasi tanpa cahaya juga akan
memancing keluarnya sejumlah hormon yang berperan penting bagi kesehatan fisik
dan mental.
Kondisi
masyarakat Asia yang kurang tidur itu mendorong AIA meluncurkan kampanye
#OneMoreHour atau tidur satu jam lagi. Langkah ini diyakini bisa berdampak
besar bagi kesehatan masyarakat. “Tambahan satu jam tidur adalah langkah kecil
yang bisa dilakukan siapa saja,” kata Kepala Pemasaran AIA Group Stuart A
Spencer. Andreas menambahkan, kesehatan tidur menjadi dasar tercapainya
kesehatan yang paripurna. Tidur, sama pentingnya dengan pola makan yang sehat
dan olahraga teratur karena menurut William Dement, bapak kesehatan tidur,
triumvirat kesehatan yang paripurna adalah keseimbangan nutrisi, olahraga, dan
kesehatan tidur. “ Tanpa tidur yang cukup dan berkualitas, asupan nutrisi dan olahraga
yang dilakukan tidak akan memberi dampak besar bagi tubuh,” katanya. (M Zaid Wahyudi)
Sumber : Kompas,
26 Oktober 2019
Komentar
Posting Komentar