Penghargaan bagi Peletak Dasar Baterai Ion Litium
The Royal Swedish Academy of Sciences,
Rabu (9/10/2019), di Stockholm, Swedia, mengumumkan penghargaan Nobel bidang
Kimia tahun 2019 diberikan kepada ilmuan yang memberi fondasi penting bagi
perkembangan baterai ion litium. Temuan mereka membuat baterai menjadi ringan,
bisa diisi ulang, berkapasitas besar, kuat, dan lebih aman. Keberadaan
penyimpan energi listrik ini kini menjadi penyokong kemajuan teknologi telepon
seluler, telepon pintar, laptop, dan kendaraan listrik. Baterai ini pun menjadi
media penyimpan energi dari tenaga surya dan angin sehingga menjadi modal utama
menuju dunia bebas bahan bakar fosil.
Hadiah itu diberikan kepada John B
Goodenough (97), M Stanley Whittingham (78), dan Akira Yoshino (71). Mereka
berbagi hadiah 9 juta krona Swedia atau sekitar Rp 12 miliar, yang dibagi
ketiganya secara merata. Gooodenough menjadi penerima Nobel tertua sejak penghargaan
diberikan tahun 1901. “Temuan mereka telah mengisi ulang daya dunia dan membawa
energi ke berbagai tempat,” kata Olof Ranstrom, anggota Komite Nobel Kimia dari
The Royal Swedish Academy of Sciences, dalam wawancara yang disiarkan secara
daring di www.nobelprize.org
Riset baterai ion litium Whittingham,
Goodenough, dan Yoshino itu saling berkesinambungan. Whittingham membangun
basis baterai litium pertama kali pada 1970. Goodenough melipatgandakan potensi
baterai dan Yoshino membatasi atau mengurangi penggunaan litium murni pada
baterai sehingga membuatnya lebih aman digunakan. Fondasi baterai ion litium
diletakkan selama krisis minyak bumi pada 1970-an. Saat itu, Stanley
Whittingham dari Oxford University di Inggris mengerjakan pengembangan metode
yang bisa mengarah pada bebas bahan bakar fosil. Ia mulai meneliti
superkonduktor dan menemukan bahan amat kaya energi yang digunakannya untuk
membat katoda inovatif dalam baterai litium.
Material itu dibuat dari titanium
disulfida yang pada tingkat molekuler memiliki ruang yang bisa menampung
interkalasi ion litium. Anoda baterai sebagian dibuat dari logam litum yang
memiliki dorongan kuat untuk melepaskan elektron. Itu menghasilkan baterai yang
memiliki potensi listrik besar, yakni lebih dari 2 volt. Namun, logam litium
bersifat reaktif dan baterainya terlalu mudah meledak.
Potensi besar
John Goodenough dari University of
Chicago di AS meramalkan, katoda akan memiliki potensi lebih besar jika dibuat
memakai logam oksida daripada logam sulfida. Setelah pencarian sistematis, pada
1980 ia menunjukkan kobalt oksida yang dilintasi ion litium bisa menghasilkan 4
volt. Itu merupakan terobosan penting dan akan menghasilkan baterai yang jauh
lebih kuat. Dengan katoda Goodenough sebagai dasar, Akira Yoshino, profesor
dari Meijo University, Nagoya, yang juga bekerja pada Asahi Kasei Corporation,
Jepang, menciptakan baterai ion litium pertama yang aktif secara komersial
tahun 1985. Daripada memakai litium reaktif dalam anoda, ia menggunakan petroleum coke (hasil samping
penyulingan minyak bumi), bahan karbon seperti katoda kobalt oksida yang bisa
melewatkan ion litium.
Hasilnya ialah baterai ringan dan tahan
pakai yang bisa diisi ratusan kali sebelum kinerjanya memburuk. Manfaat dari
baterai ion litium adalah tak didasarkan reaksi kimia yang memecah elektroda,
tetapi pada ion litium yang berjalan bolak-balik antara anoda dan katoda. Saat
dihubungi dalam konferensi pers pengumuman tersebut, Akira Yoshino yakin,
penemuannya akan memenangi Nobel. Namun, ia tidak menduga, penghargaan itu
diberikan begitu cepat. Alasannya, pemberian hadiah Nobel bidang Kimia mencakup
begitu banyak studi. Ia menyangka akan menantinya lama sebelum Komite Nobel
beralih ke bidang perangkat seperti baterai ion litium.
“Saya pikir kami harus menanti lama.
Jadi, saya dulu mengatakan kepada orang-orang bahwa itu mungkin menunggu lama,
tetapi kami pasti akan menang saat giliran kami tiba. Tetap saja,
kejutan-kejutan,” katanya di Jepang. Hingga kini, mengacu data www.nobelprize.org,
111 Hadiah Nobel bidang Kimia diberikan sejak 1901. Rinciannya, 63 hadiah
diberikan kepada peraih individu, 23 hadiah diberikan bagi dua peraih, dan 25
penghargaan diberikan kepada tiga peraih. (ICH)
Sumber : Kompas, 10 Oktober 2019
Komentar
Posting Komentar